2021年01月02日 (土)
Dialog antara Pak Sulistyo Tirtokusumo dan Michi Tomioka mengenai tayangan tari Bedhaya Lambangsari dari Kraton Yogyakarta, 28 Desember 2020.
https://www.youtube.com/watch?v=hkSGElBw61A
"Bedhaya Lambangsari Uyon-uyon Hadiluhung Jumadilawal 1954 Jimakir/28 Desember 2020"
Live Streaming oleh "Kraton Yogya" 2020/12/28
Sulistyo: Ini tanggapan saya atas Bedoyo Lambangsari - Yogya
1).Adegan pertemuan
P.Senopati dgn Ratu Kidul digambarkan dgn sangat vulgar. Bentuknya menjadi lebih mirip sendratari dr pd sebagai bagian puncak / klimaks dari sebuah Bedhaya.
2). Di tengah gending dgn gamelan lengkap, tiba2 menjadi hening dgn suara minimalis bunyi kemanak , sepanjang pengetahuan saya tdk pernah ada di dalam struktur iringan musik Tari Bedhaya.
3). Saya dpt menyimpulkan bahw tari Bedhaya Lambangsari kali ini sdh diubah dari aslinya.
4).Terimakasih 🙏🙏🙏
Sulistyo: Kacamata saya masih Solo banget
Michi Tomioka: Terima kasih tanggapan Bapak atas Bedoyo Lambangsari dari Keraton Yogya. Saya merasa karya ini kurang abstrak dan seolah-olah mengambarkan dunia nyata. Kata Pak Sulis: "lebih mirip sendratari" tidak hanya sesuai dengan perasaan saya, tetapi juga lebih tepat dan lebih kritis.
Peralihan musik dari gamelan lengkap ke gamelan kemanak saat pertemuan Ratu Kidul dengan Senopati itu lebih dramatis daripada tari bedhaya biasa di mana peralihannya secara halus dan tidak jelas, maka akan menarik perhatian penonton yang tidak terbiasa menonton tari bedhaya.
Dari segi gerak, kelihatan jelas bahwa dua penari memainkan tokoh dan yang lain menjadi latar bealkang, karena gerakannya berbeda. Dalam tari bedhaya biasa, semua penari menarikan satu gerak (tangan) meskipun sebagian penari duduk. Ini berarti tokoh dan yang lain tidak terpisah dan membangun suasana bersama, oleh karenanya koreografi memberi kesan yang abstrak.
Pak Sulis mengatakan "lebih mirip sendratari" mungkin karena ada peralihan musik yang jelas dan klimaksnya sekaligus penari tokoh terpisah dari yang lain dari segi gerak.
Meskipun pecinta tari bedhaya gaya Surakarta yang abstrak, saya suka garapan Bedhaya Lambangsari ini mengenai irama yang tidak terlalu lambat,suasana musik yang luwes dan manis,dan busana dodot alit tanpa hiasan. Ternyata inilah ciri-ciri keSurakartan, dan saya juga masih berkacamata Solo banget...
https://www.youtube.com/watch?v=hkSGElBw61A
"Bedhaya Lambangsari Uyon-uyon Hadiluhung Jumadilawal 1954 Jimakir/28 Desember 2020"
Live Streaming oleh "Kraton Yogya" 2020/12/28
Sulistyo: Ini tanggapan saya atas Bedoyo Lambangsari - Yogya
1).Adegan pertemuan
P.Senopati dgn Ratu Kidul digambarkan dgn sangat vulgar. Bentuknya menjadi lebih mirip sendratari dr pd sebagai bagian puncak / klimaks dari sebuah Bedhaya.
2). Di tengah gending dgn gamelan lengkap, tiba2 menjadi hening dgn suara minimalis bunyi kemanak , sepanjang pengetahuan saya tdk pernah ada di dalam struktur iringan musik Tari Bedhaya.
3). Saya dpt menyimpulkan bahw tari Bedhaya Lambangsari kali ini sdh diubah dari aslinya.
4).Terimakasih 🙏🙏🙏
Sulistyo: Kacamata saya masih Solo banget
Michi Tomioka: Terima kasih tanggapan Bapak atas Bedoyo Lambangsari dari Keraton Yogya. Saya merasa karya ini kurang abstrak dan seolah-olah mengambarkan dunia nyata. Kata Pak Sulis: "lebih mirip sendratari" tidak hanya sesuai dengan perasaan saya, tetapi juga lebih tepat dan lebih kritis.
Peralihan musik dari gamelan lengkap ke gamelan kemanak saat pertemuan Ratu Kidul dengan Senopati itu lebih dramatis daripada tari bedhaya biasa di mana peralihannya secara halus dan tidak jelas, maka akan menarik perhatian penonton yang tidak terbiasa menonton tari bedhaya.
Dari segi gerak, kelihatan jelas bahwa dua penari memainkan tokoh dan yang lain menjadi latar bealkang, karena gerakannya berbeda. Dalam tari bedhaya biasa, semua penari menarikan satu gerak (tangan) meskipun sebagian penari duduk. Ini berarti tokoh dan yang lain tidak terpisah dan membangun suasana bersama, oleh karenanya koreografi memberi kesan yang abstrak.
Pak Sulis mengatakan "lebih mirip sendratari" mungkin karena ada peralihan musik yang jelas dan klimaksnya sekaligus penari tokoh terpisah dari yang lain dari segi gerak.
Meskipun pecinta tari bedhaya gaya Surakarta yang abstrak, saya suka garapan Bedhaya Lambangsari ini mengenai irama yang tidak terlalu lambat,suasana musik yang luwes dan manis,dan busana dodot alit tanpa hiasan. Ternyata inilah ciri-ciri keSurakartan, dan saya juga masih berkacamata Solo banget...
| ホーム |