2007年06月26日 (火)
Press Release

ポスター

公演リーフレット
Pagelaran Tari Bedhaya Pangkur
Waktu: Kamis, 28 Juni 2007, pk19:30
Tempat:Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) di Surakarta
Jl. Ir.Sutami NO.57 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
Tiket: Gratis / Terbuka untuk Umum
Program:
1, Gendhing Bonang / Gd.Babar Layar kt.4.kr. minggah 8, Pl.5
---sebagai pembuka acara
2, Tari Bedhaya Pangkur (1jam1/4)
Karya Tari PB IV&VIII Karaton Surakarta Hadiningrat
Nara Sumber : Ibu Sri Sutjiati Djoko Soehardjo (alm)
Produser: Michi Tomioka
Kerjasama:
Taman Budaya Jawa Tengah
API Fellowship (the Nippon Foundation)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (=LIPI)
Institut Seni Indonesia (=ISI) Surakarta
Penari:
Ibu Rusini dosen ISI Surakarta
Ibu Tantin Sri Marwanti staf ISI Surakarta
Ibu Ninik Mulyani Sutrangi dosen ISI Surakarta
Ibu Saryuni Padminingsih dosen ISI Surakarta
Ibu Hadawiyah Endah Utami dosen ISI Surakarta
Ibu Sri Setyoasih dosen ISI Surakarta
Ibu Priyati Umiyatun pengajar SMKN8 Surakarta
Ibu Indah Nuraini dosen ISI Yogyakarta
Michi Tomioka
Pengrawit:
"Marsudi Renaning Manah (Marem)" dari kampung Kemlayan,Surakarta
Konsep Pagelaran Tari oleh Michi Tomioka
Pagelaran Tari ini dilakukan sebagai hasil penelitian oleh Michi Tomioka yang berjudul "Revaluing Javanese Court Dances (Srimpi and Bedhaya) in the Recent Social and Cultural Contexts" (= melihat kembali tari Keraton dalam konteks social dan budaya pada masa kini), atas hibah penelitian API Fellowship dari the Nippon Foundation dengan mitrakerja ISI Surakarta dan sponsor LIPI. Tema penelitian saya sesuai dengan tema besar yang diberikan API Fellowship, yaith; "Changing Identities and Their Social, Historical and
Cultural Contexts"
Tari Srimpi dan Bedhaya baru dikeluarkan dari tembok Keraton pada tahun 1970an, dalam proyek pemerintah PKJT (Pengembangan Kesenian Jawa Tengah), dan mengalami banyak perubahan dan inovasi sejak itu. Perubahan utama adalah (1) pemadatan, yaitu memperpendekkan durasi sajian tari sampai kira-kira 1/4, (2) irama cepat, dan (3) kekompakan dan kelampakan gerak, yaitu usaha menyatukan gerak dari setiap penari sampai detail. Muncul perubahan seperti ini tidak dipisahkan dari perubahan sosial dan budaya di Indonesia pada 1970an, ketika irama hidup mulai pesat dan konsep seni modern Barat dimasukkan.
Namun demikian, saya ingin melihat kembali koreofrafi tari Keraton yang sebelum tahun 1970an, dan saya mengutamakan bahwa setiap penari menghayati wiletan masing-masing dengan tafsiran gerak sendiri-sendiri. Maka dari itu, gerakan setiap penari memang tidak begitu lampak dan rapi seperti sajian tari masa kini. Kita tidak menyatukan gerak dengan hitungan, tetapi dengan rasa irama.
Selain itu, saya mencoba latihan bedhaya ini di tengah masyarakat / di luar tembok Keraton, Penari, pengrawit dan pengeprak untuk malam ini tidak dari Keraton. Banyak penari adalah murid nara sumber untuk malam ini dan / atau aktif menari dalam proyek PKJT. Pengrawit terdiri dari bapak-bapak seniman alam di kampung Kemlayan, dan beberapa dosen dan mahasiswa ISI Surakarta.
Nara sumber: Ibu Sri Sutjiati Djoko Soehardjo (alm) adalah mantan pengajar di SMKI Surakarta dan memasukkan materi Bedhaya Pangkur ke dalam kurikulm SMKI Surakarta. Di SMKI Surakarta materi ini telah diajarkan tanpa pemadatan seperti sajian malam ini, tetapi sudah dipadatkan oleh beliau sendiri.
Semoga pagelaran tari ini bermanfaat sebagai salah satu referensi tari gaya Surakarta.
Foto Poster
Foto pagelaran tari Bedhaya Pangkur pada tgl.4 Januari 1982 di Sasanamulya (dalam kompleks Karaton Surakarta Hadiningrat) dalam acara PKJT (=Pengembangan Kesenian Jawa Tengah), Koleksi Taman Budaya Jawa Tengah.

ポスター

公演リーフレット
Pagelaran Tari Bedhaya Pangkur
Waktu: Kamis, 28 Juni 2007, pk19:30
Tempat:Teater Arena, Taman Budaya Jawa Tengah (TBJT) di Surakarta
Jl. Ir.Sutami NO.57 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126
Tiket: Gratis / Terbuka untuk Umum
Program:
1, Gendhing Bonang / Gd.Babar Layar kt.4.kr. minggah 8, Pl.5
---sebagai pembuka acara
2, Tari Bedhaya Pangkur (1jam1/4)
Karya Tari PB IV&VIII Karaton Surakarta Hadiningrat
Nara Sumber : Ibu Sri Sutjiati Djoko Soehardjo (alm)
Produser: Michi Tomioka
Kerjasama:
Taman Budaya Jawa Tengah
API Fellowship (the Nippon Foundation)
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (=LIPI)
Institut Seni Indonesia (=ISI) Surakarta
Penari:
Ibu Rusini dosen ISI Surakarta
Ibu Tantin Sri Marwanti staf ISI Surakarta
Ibu Ninik Mulyani Sutrangi dosen ISI Surakarta
Ibu Saryuni Padminingsih dosen ISI Surakarta
Ibu Hadawiyah Endah Utami dosen ISI Surakarta
Ibu Sri Setyoasih dosen ISI Surakarta
Ibu Priyati Umiyatun pengajar SMKN8 Surakarta
Ibu Indah Nuraini dosen ISI Yogyakarta
Michi Tomioka
Pengrawit:
"Marsudi Renaning Manah (Marem)" dari kampung Kemlayan,Surakarta
Konsep Pagelaran Tari oleh Michi Tomioka
Pagelaran Tari ini dilakukan sebagai hasil penelitian oleh Michi Tomioka yang berjudul "Revaluing Javanese Court Dances (Srimpi and Bedhaya) in the Recent Social and Cultural Contexts" (= melihat kembali tari Keraton dalam konteks social dan budaya pada masa kini), atas hibah penelitian API Fellowship dari the Nippon Foundation dengan mitrakerja ISI Surakarta dan sponsor LIPI. Tema penelitian saya sesuai dengan tema besar yang diberikan API Fellowship, yaith; "Changing Identities and Their Social, Historical and
Cultural Contexts"
Tari Srimpi dan Bedhaya baru dikeluarkan dari tembok Keraton pada tahun 1970an, dalam proyek pemerintah PKJT (Pengembangan Kesenian Jawa Tengah), dan mengalami banyak perubahan dan inovasi sejak itu. Perubahan utama adalah (1) pemadatan, yaitu memperpendekkan durasi sajian tari sampai kira-kira 1/4, (2) irama cepat, dan (3) kekompakan dan kelampakan gerak, yaitu usaha menyatukan gerak dari setiap penari sampai detail. Muncul perubahan seperti ini tidak dipisahkan dari perubahan sosial dan budaya di Indonesia pada 1970an, ketika irama hidup mulai pesat dan konsep seni modern Barat dimasukkan.
Namun demikian, saya ingin melihat kembali koreofrafi tari Keraton yang sebelum tahun 1970an, dan saya mengutamakan bahwa setiap penari menghayati wiletan masing-masing dengan tafsiran gerak sendiri-sendiri. Maka dari itu, gerakan setiap penari memang tidak begitu lampak dan rapi seperti sajian tari masa kini. Kita tidak menyatukan gerak dengan hitungan, tetapi dengan rasa irama.
Selain itu, saya mencoba latihan bedhaya ini di tengah masyarakat / di luar tembok Keraton, Penari, pengrawit dan pengeprak untuk malam ini tidak dari Keraton. Banyak penari adalah murid nara sumber untuk malam ini dan / atau aktif menari dalam proyek PKJT. Pengrawit terdiri dari bapak-bapak seniman alam di kampung Kemlayan, dan beberapa dosen dan mahasiswa ISI Surakarta.
Nara sumber: Ibu Sri Sutjiati Djoko Soehardjo (alm) adalah mantan pengajar di SMKI Surakarta dan memasukkan materi Bedhaya Pangkur ke dalam kurikulm SMKI Surakarta. Di SMKI Surakarta materi ini telah diajarkan tanpa pemadatan seperti sajian malam ini, tetapi sudah dipadatkan oleh beliau sendiri.
Semoga pagelaran tari ini bermanfaat sebagai salah satu referensi tari gaya Surakarta.
Foto Poster
Foto pagelaran tari Bedhaya Pangkur pada tgl.4 Januari 1982 di Sasanamulya (dalam kompleks Karaton Surakarta Hadiningrat) dalam acara PKJT (=Pengembangan Kesenian Jawa Tengah), Koleksi Taman Budaya Jawa Tengah.
2007年06月23日 (土)
今年はマンクヌガラン王家が設立されて250年の節目に当たり、さまざまな催しが開かれます。
2007年3月8日マンクヌガランでのBedhaya Diradameda公演もその一環です。
BERITA PERS
Peringatan 250th Puro Mangkunegaran: A Reviving Moment
19 Juli 2007
Lokasi : Rumah Imam Bonjol - Jakarta
Acara : Macapat, Pergelaran Tari, & Presentasi Pemugaran dan Penggalangan Dana
21 Juli 2007
Lokasi : Museum Nasional (Gajah), Jakarta
Acara : Reperformance of Bedhaya Mataram Senapaten Diradameta
18 Agustus 2007
Lokasi : Puro Mangkunegaran - Solo
Acara : Seminar Perjuangan Rakyat Mataram
19 Agustus 2007
Lokasi : Kota Solo dan sekitarnya
Acara : Napak Tilas Tempat-Tempat Persinggahan RM.Said
7, 8, 9 September 2007
Lokasi : Puro Mangkunegaran - Solo
Acara : Peringatan Ulang Tahun Grup Tari Soeryosumirat &140 Tahun Rekso Pustoko (Perpustakaan Mangkunegaran)
9 & 10 November 2007
Lokasi : Jalan di Sekitar Puro Mangkunegaran, dan Puro Mangkunegaran
Acara : "Solo Tempo Doeloe" : Pesta Seni Budaya dan Pasar Rakyat
11 November 2007
Lokasi : Puro Mangkunegaran - Solo
Acara : Pergelaran Tari Kolosal Perjuangan Rakyat Mataram & Berdirinya Puro Mangkunegaran Dalam Rangka Peringatan 250 Tahun Puro Mangkunegaran
2009
Jenis : Penerbitan Buku Pustaka
Materi : Buku Pustaka "250 Tahun Berdirinya Puro Mangkunegaran"
Ketika kokoh pondasi kian rapuh,
dan dinding – dinding putih semakin lusuh
oleh sang waktu yang tak henti menyepuh,
megah istana pun perlahan kian luluh,
lahirkan kegamangan, kobarkan kecemasan,
saat menyongsong angin yang terus
meniupkan perubahan pada zaman
MEMASUKI usianya yang ke-250 tahun ini, Puro Mangkunegaran semakin terlihat menua. Secara fisik, ia tampak rapuh dan memerlukan pemugaran. Sementara kini, keberadaannya sendiri bukan lagi sekadar saksi bisu sejarah dan budaya Indonesia, melainkan juga cagar wisata bagi siapapun warga dunia yang ingin menikmati keeksotisannya.
Pendapa Ageng adalah satu dari beberapa bangunan utama Puro Mangkunegaran. Seluas 3500 meter persegi, pendopo terluas di Indonesia itu kini membutuhkan perhatian khusus, mengingat beberapa bagiannya telah mengeropos akibat proses pelapukan. Di sisi barat pendopo, tampak beberapa pondasi atapnya telah ditopang bambu penyangga.
Sementara itu, Langen Projo atau ruangan karawitan merupakan tempat bersejarah yang telah melahirkan dan mendidik pemain-pemain gamelan Mangkunegaran dari berbagai lintas generasi. Kini, ruangan itu pun sama pentingnya untuk disentuh pemugaran. Lantai bangunannya rusak, atap mulai berlubang, serta dinding yang mulai berlumut dan kusam.
Di sisi barat Puro Mangkunegaran, kondisi bangunan bersejarah lainnya juga demikian. Panti Putro, misalnya. Pada zaman dahulu, bangunan ini merupakan tempat para calon raja/pangeran "dipingit" menjelang aqil baliq (dewasa) dan menyandang gelarnya. Di sana-sini, khususnya bangunan utama, mulai porak poranda dan tidak memungkinkan lagi dihuni. Tidak adanya dana perawatan membuat sekolah dasar "Siswo" yang dulu terkenal di situ kini beralih fungsi sebagai gudang penyimpanan barang inventaris Mangkunegaran.
Di bidang pendidikan formal, Puro Mangkunegaran sebetulnya cukup memberikan andil besar bagi Kota Solo dan sekitarnya. Dan lagi-lagi, hanya karena tidak ada dana perawatan, bangunan-bangun sekolah di lingkungan Puro itu kini kurang terawat baik. Bangunan "Siswo" untuk tingkat SMA yang berada di sisi kanan gerbang utama Puro Mangkunegaran, contohnya. "Gedung sekolah" itu kini juga semakin tidak terawat.
Rasanya, nasib bangunan bekas markas 'Artillerrie Kavalerrie' pun hanya sebatas kenangan kejayaan masa lalu Puro Mangkunegaran. Menghadap alun-alun Mangkunegaran, keberadaannya yang tinggi menjulang dan kokoh sebagai pusat perhatian publik itu kini tak lagi disertai perawatan memadai.
Dibangun sejak 1874, dinding bangunan bekas markas kavaleri itu kini tampak berlumut hitam dan keropos. Jendela-jendela besi kekar harus digantikan dengan papan kayu yang kini juga telah lapuk. Sementara itu, istal-istal kuda peliharan para pangeran sudah banyak yang kosong dan tak lagi berisi kuda-kuda gagah para prajurit dan bangsawan Mangkunegaran.
250th Puro Mangkunegaran:
Sebuah Momentum Mempertahankan Tradisi
SENJAKALA tradisi, perjalanan seni dan budaya suatu bangsa harus terus berjalan demi mempertahankan eksistensi bangsa itu sendiri bagi masa depannya. Kiranya, begitu pula Puro Mangkunegaran. Di usianya yang ke-250 tahun ini, semangat para pelaku seni dan budaya di dalamnya masih senantiasa muda dan bergelora. Karena mereka percaya, setiap sesepuh tua kelak akan pergi, dan digantikan oleh mereka yang muda untuk meneruskan tradisi melakoni seni dan budaya para leluhurnya.
Namun, akankah semangat tersebut pupus di tengah jalan, dan bahkan terhapus hanya karena perjalanan waktu yang akan terus menggerogoti tempat mereka bernaung itu? Sampai kapan? Setahun, dua tahun, atau sepuluh tahun, sementara waktu terus berjalan? Haruskah menunggu uluran tangan, hingga satu waktu dinding megah bangunan itu satu persatu akan roboh? Atau, menannti hingga atap nan indah menjulang itu akan runtuh?
Kini, bukan lagi waktunya menunggu, dan menunggu. Namun, sudah saatnya berbuat lebih nyata demi masa depan Puro Mangkunegaran. Sebuah warisan berharga, bukan hanya milik bangsa Indonesia, melainkan juga warga dunia.
Kiranya, momentum 250th Puro Mangkunegaran : A Reviving Moment" merupakan saat tepat yang dipilih oleh keluarga besar Puro Mangkunegaran yang terdiri dari Yayasan Pemerhati Puro Mangkunegaran (YPPM), Yayasan Soeryosumirat, beserta Himpunan Kerabat Mangkunegaran Soeryosumirat, untuk melakukan penggalangan dana bagi pemugaran Puro Mangkunegaran melalui beragam kegiatan seni dan budaya.
Sesuai rencana, setelah diawali Pergelaran Tari Bedhaya Mataram Senapaten Diradameta & Selamatan Perjanjian Salatiga (16 – 17 Maret 2007), serta Lomba Macapat (3 Juni 2007), beragam hajatan seni-budaya, dan sejarah lainnya pun telah dirancang oleh panitia Peringatan 250th Puro Mangkunegaran hingga November 2007 mendatang.
Beberapa mata acara, tempat, dan waktu pelaksanaannya, adalah sebagai tertulis diatas.
Sebagai deskripsi, acara puncak peringatan yang jatuh pada 9 dan 10 November 2007 nanti akan menyulap jalan-jalan utama Kota Solo dengan arak-arakan prajurit Puro Mangkunegaran yang diikuti dengan riuhnya marching band mengenakan busana khas budaya tradisional "ciri khas" Mangkunegaran. Keriuhan sejak pagi hingga petang hari tersebut juga akan diramaikan dengan digelarnya pusat-pusat kerajinan dan budaya tradisional di sepanjang areal acara (Alun-alun Mangkunegaran) . Semuanya berasal dari Solo, mulai toko besar sampai dengan penjaja barang kerajinan dan jajanan pinggir jalan.
Sehari berikutnya, keramaian acara akan diriuhkan dengan Peragaan Busana Tradisional Jawa Khas Mangkunegaran, mulai dari era terdahulu sampai yang terkini. Selain itu, telah disiapkan pula jamuan makan malam dengan sajian kuliner khas Puro Mangkunegaran, senandung musik keroncong, serta pergelaran Tari Kolosal "Perjuangan Rakyat Mataram & Berdirinya Puro Mangkunegaran" .
Khusus penyelenggaraan tari kolosal tersebut, panitia merancang keterlibatan sekitar 250 hingga 300 orang penari yang terdiri dari berbagai bangsa, etnis, dan suku, seperti warga negara Belanda, warga keturunan Tionghoa, suku Bali, Jawa, dan lain-lain yang akan melibatkan pasukan berkuda dan Gajah, serta Parade keluarga besar Puro Mangkunegaran & Sentono Abdi Dalem.
Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Pemerhati Puro Mangkunegaran (YPPM), Yayasan Soeryosumirat, Himpunan Kerabat Mangkunegaran Soeryosumirat, serta Idekami Communication, dan didukung oleh PT HM Sampoerna Tbk. melalui payung program "Sampoerna Untuk Indonesia" yang memiliki visi sama dalam meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian dan kebudayaan nasional, di antaranya seni musik tradisional Jawa.
Salam dan Terima kasih,
M. Latief – Public Relation Idekami Communication
Phone : 021 766 9870
Fax : 021 759 04 530
Mobile : 0812 829 1263
Email : latipuscaverius@ yahoo.com, purel_idekami@ yahoo.com
2007年3月8日マンクヌガランでのBedhaya Diradameda公演もその一環です。
BERITA PERS
Peringatan 250th Puro Mangkunegaran: A Reviving Moment
19 Juli 2007
Lokasi : Rumah Imam Bonjol - Jakarta
Acara : Macapat, Pergelaran Tari, & Presentasi Pemugaran dan Penggalangan Dana
21 Juli 2007
Lokasi : Museum Nasional (Gajah), Jakarta
Acara : Reperformance of Bedhaya Mataram Senapaten Diradameta
18 Agustus 2007
Lokasi : Puro Mangkunegaran - Solo
Acara : Seminar Perjuangan Rakyat Mataram
19 Agustus 2007
Lokasi : Kota Solo dan sekitarnya
Acara : Napak Tilas Tempat-Tempat Persinggahan RM.Said
7, 8, 9 September 2007
Lokasi : Puro Mangkunegaran - Solo
Acara : Peringatan Ulang Tahun Grup Tari Soeryosumirat &140 Tahun Rekso Pustoko (Perpustakaan Mangkunegaran)
9 & 10 November 2007
Lokasi : Jalan di Sekitar Puro Mangkunegaran, dan Puro Mangkunegaran
Acara : "Solo Tempo Doeloe" : Pesta Seni Budaya dan Pasar Rakyat
11 November 2007
Lokasi : Puro Mangkunegaran - Solo
Acara : Pergelaran Tari Kolosal Perjuangan Rakyat Mataram & Berdirinya Puro Mangkunegaran Dalam Rangka Peringatan 250 Tahun Puro Mangkunegaran
2009
Jenis : Penerbitan Buku Pustaka
Materi : Buku Pustaka "250 Tahun Berdirinya Puro Mangkunegaran"
Ketika kokoh pondasi kian rapuh,
dan dinding – dinding putih semakin lusuh
oleh sang waktu yang tak henti menyepuh,
megah istana pun perlahan kian luluh,
lahirkan kegamangan, kobarkan kecemasan,
saat menyongsong angin yang terus
meniupkan perubahan pada zaman
MEMASUKI usianya yang ke-250 tahun ini, Puro Mangkunegaran semakin terlihat menua. Secara fisik, ia tampak rapuh dan memerlukan pemugaran. Sementara kini, keberadaannya sendiri bukan lagi sekadar saksi bisu sejarah dan budaya Indonesia, melainkan juga cagar wisata bagi siapapun warga dunia yang ingin menikmati keeksotisannya.
Pendapa Ageng adalah satu dari beberapa bangunan utama Puro Mangkunegaran. Seluas 3500 meter persegi, pendopo terluas di Indonesia itu kini membutuhkan perhatian khusus, mengingat beberapa bagiannya telah mengeropos akibat proses pelapukan. Di sisi barat pendopo, tampak beberapa pondasi atapnya telah ditopang bambu penyangga.
Sementara itu, Langen Projo atau ruangan karawitan merupakan tempat bersejarah yang telah melahirkan dan mendidik pemain-pemain gamelan Mangkunegaran dari berbagai lintas generasi. Kini, ruangan itu pun sama pentingnya untuk disentuh pemugaran. Lantai bangunannya rusak, atap mulai berlubang, serta dinding yang mulai berlumut dan kusam.
Di sisi barat Puro Mangkunegaran, kondisi bangunan bersejarah lainnya juga demikian. Panti Putro, misalnya. Pada zaman dahulu, bangunan ini merupakan tempat para calon raja/pangeran "dipingit" menjelang aqil baliq (dewasa) dan menyandang gelarnya. Di sana-sini, khususnya bangunan utama, mulai porak poranda dan tidak memungkinkan lagi dihuni. Tidak adanya dana perawatan membuat sekolah dasar "Siswo" yang dulu terkenal di situ kini beralih fungsi sebagai gudang penyimpanan barang inventaris Mangkunegaran.
Di bidang pendidikan formal, Puro Mangkunegaran sebetulnya cukup memberikan andil besar bagi Kota Solo dan sekitarnya. Dan lagi-lagi, hanya karena tidak ada dana perawatan, bangunan-bangun sekolah di lingkungan Puro itu kini kurang terawat baik. Bangunan "Siswo" untuk tingkat SMA yang berada di sisi kanan gerbang utama Puro Mangkunegaran, contohnya. "Gedung sekolah" itu kini juga semakin tidak terawat.
Rasanya, nasib bangunan bekas markas 'Artillerrie Kavalerrie' pun hanya sebatas kenangan kejayaan masa lalu Puro Mangkunegaran. Menghadap alun-alun Mangkunegaran, keberadaannya yang tinggi menjulang dan kokoh sebagai pusat perhatian publik itu kini tak lagi disertai perawatan memadai.
Dibangun sejak 1874, dinding bangunan bekas markas kavaleri itu kini tampak berlumut hitam dan keropos. Jendela-jendela besi kekar harus digantikan dengan papan kayu yang kini juga telah lapuk. Sementara itu, istal-istal kuda peliharan para pangeran sudah banyak yang kosong dan tak lagi berisi kuda-kuda gagah para prajurit dan bangsawan Mangkunegaran.
250th Puro Mangkunegaran:
Sebuah Momentum Mempertahankan Tradisi
SENJAKALA tradisi, perjalanan seni dan budaya suatu bangsa harus terus berjalan demi mempertahankan eksistensi bangsa itu sendiri bagi masa depannya. Kiranya, begitu pula Puro Mangkunegaran. Di usianya yang ke-250 tahun ini, semangat para pelaku seni dan budaya di dalamnya masih senantiasa muda dan bergelora. Karena mereka percaya, setiap sesepuh tua kelak akan pergi, dan digantikan oleh mereka yang muda untuk meneruskan tradisi melakoni seni dan budaya para leluhurnya.
Namun, akankah semangat tersebut pupus di tengah jalan, dan bahkan terhapus hanya karena perjalanan waktu yang akan terus menggerogoti tempat mereka bernaung itu? Sampai kapan? Setahun, dua tahun, atau sepuluh tahun, sementara waktu terus berjalan? Haruskah menunggu uluran tangan, hingga satu waktu dinding megah bangunan itu satu persatu akan roboh? Atau, menannti hingga atap nan indah menjulang itu akan runtuh?
Kini, bukan lagi waktunya menunggu, dan menunggu. Namun, sudah saatnya berbuat lebih nyata demi masa depan Puro Mangkunegaran. Sebuah warisan berharga, bukan hanya milik bangsa Indonesia, melainkan juga warga dunia.
Kiranya, momentum 250th Puro Mangkunegaran : A Reviving Moment" merupakan saat tepat yang dipilih oleh keluarga besar Puro Mangkunegaran yang terdiri dari Yayasan Pemerhati Puro Mangkunegaran (YPPM), Yayasan Soeryosumirat, beserta Himpunan Kerabat Mangkunegaran Soeryosumirat, untuk melakukan penggalangan dana bagi pemugaran Puro Mangkunegaran melalui beragam kegiatan seni dan budaya.
Sesuai rencana, setelah diawali Pergelaran Tari Bedhaya Mataram Senapaten Diradameta & Selamatan Perjanjian Salatiga (16 – 17 Maret 2007), serta Lomba Macapat (3 Juni 2007), beragam hajatan seni-budaya, dan sejarah lainnya pun telah dirancang oleh panitia Peringatan 250th Puro Mangkunegaran hingga November 2007 mendatang.
Beberapa mata acara, tempat, dan waktu pelaksanaannya, adalah sebagai tertulis diatas.
Sebagai deskripsi, acara puncak peringatan yang jatuh pada 9 dan 10 November 2007 nanti akan menyulap jalan-jalan utama Kota Solo dengan arak-arakan prajurit Puro Mangkunegaran yang diikuti dengan riuhnya marching band mengenakan busana khas budaya tradisional "ciri khas" Mangkunegaran. Keriuhan sejak pagi hingga petang hari tersebut juga akan diramaikan dengan digelarnya pusat-pusat kerajinan dan budaya tradisional di sepanjang areal acara (Alun-alun Mangkunegaran) . Semuanya berasal dari Solo, mulai toko besar sampai dengan penjaja barang kerajinan dan jajanan pinggir jalan.
Sehari berikutnya, keramaian acara akan diriuhkan dengan Peragaan Busana Tradisional Jawa Khas Mangkunegaran, mulai dari era terdahulu sampai yang terkini. Selain itu, telah disiapkan pula jamuan makan malam dengan sajian kuliner khas Puro Mangkunegaran, senandung musik keroncong, serta pergelaran Tari Kolosal "Perjuangan Rakyat Mataram & Berdirinya Puro Mangkunegaran" .
Khusus penyelenggaraan tari kolosal tersebut, panitia merancang keterlibatan sekitar 250 hingga 300 orang penari yang terdiri dari berbagai bangsa, etnis, dan suku, seperti warga negara Belanda, warga keturunan Tionghoa, suku Bali, Jawa, dan lain-lain yang akan melibatkan pasukan berkuda dan Gajah, serta Parade keluarga besar Puro Mangkunegaran & Sentono Abdi Dalem.
Acara ini diselenggarakan atas kerjasama Yayasan Pemerhati Puro Mangkunegaran (YPPM), Yayasan Soeryosumirat, Himpunan Kerabat Mangkunegaran Soeryosumirat, serta Idekami Communication, dan didukung oleh PT HM Sampoerna Tbk. melalui payung program "Sampoerna Untuk Indonesia" yang memiliki visi sama dalam meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kesenian dan kebudayaan nasional, di antaranya seni musik tradisional Jawa.
Salam dan Terima kasih,
M. Latief – Public Relation Idekami Communication
Phone : 021 766 9870
Fax : 021 759 04 530
Mobile : 0812 829 1263
Email : latipuscaverius@ yahoo.com, purel_idekami@ yahoo.com
2007年06月17日 (日)
スラマット・リヤディ・アート・フェア
2007年6月16日(土)夜
7時過ぎか8時頃から、市の東西を走るスラマット・リヤディ通りに並ぶ舞台を、西から順に見てゆく。舞台はすべてこの大通り上に北向きに設置され、椅子が並べられているが、車やバイクの通行は禁止されていなくて、道路の端を通行してゆく。
Loji Gandrung(市長公邸)からパレードが出発
パレードというほどでもない少数のワヤンオラン役者と少数の鼓笛隊が行く
Stage 7 (Di Depan Stadion Sriwedari)
(Rock,Jazz,Etnik,Pop & Regee)
この舞台の前だけ道路は封鎖で車は迂回。(バイクはOK)
Stage 5. (Di Depan Taman Sriwedari)スリウェダリのワヤンオラン劇
スリウェダリ劇場付きの役者たちが、今日は劇場の外側に作られた舞台で上演。
Stage 4 (Di Depan BTN) 田舎の芸術:5地域の代表による
私が見たグループはサンティ・スワラン(ジャワ・イスラムの音楽)をやっていた
Stage 6 ( Di Depan Hotel Cakra)子供の舞踊教室9団体の上演
私が見たグループは東ジャワの踊りをやっていた
この舞台の前は椅子がなく、皆立ち見。
Stage 3 (Di Depan Kampus ASDI)クトプラの上演
Stage 2 (Di Depan SMP Bintang Laut)クロンチョンの上演
スクリーン(di Depan Toko Sampoerna)映像の上演
Stage 1 (Bundaran Gladag)一晩のワヤン上演
Dalang:Ki Purbo Asmoro
さすがにここが一番人が多く、地面に座り込んで見ている人が多い。
その周辺には日本から輸入したらしい古着、漢方薬、工具などの小物、こどものおもちゃなどが出店されている。
2007年6月16日(土)夜
7時過ぎか8時頃から、市の東西を走るスラマット・リヤディ通りに並ぶ舞台を、西から順に見てゆく。舞台はすべてこの大通り上に北向きに設置され、椅子が並べられているが、車やバイクの通行は禁止されていなくて、道路の端を通行してゆく。
Loji Gandrung(市長公邸)からパレードが出発
パレードというほどでもない少数のワヤンオラン役者と少数の鼓笛隊が行く
Stage 7 (Di Depan Stadion Sriwedari)
(Rock,Jazz,Etnik,Pop & Regee)
この舞台の前だけ道路は封鎖で車は迂回。(バイクはOK)
Stage 5. (Di Depan Taman Sriwedari)スリウェダリのワヤンオラン劇
スリウェダリ劇場付きの役者たちが、今日は劇場の外側に作られた舞台で上演。
Stage 4 (Di Depan BTN) 田舎の芸術:5地域の代表による
私が見たグループはサンティ・スワラン(ジャワ・イスラムの音楽)をやっていた
Stage 6 ( Di Depan Hotel Cakra)子供の舞踊教室9団体の上演
私が見たグループは東ジャワの踊りをやっていた
この舞台の前は椅子がなく、皆立ち見。
Stage 3 (Di Depan Kampus ASDI)クトプラの上演
Stage 2 (Di Depan SMP Bintang Laut)クロンチョンの上演
スクリーン(di Depan Toko Sampoerna)映像の上演
Stage 1 (Bundaran Gladag)一晩のワヤン上演
Dalang:Ki Purbo Asmoro
さすがにここが一番人が多く、地面に座り込んで見ている人が多い。
その周辺には日本から輸入したらしい古着、漢方薬、工具などの小物、こどものおもちゃなどが出店されている。
2007年06月14日 (木)
Press release
Slamet Riyadi Arts Fair 2007
2007年6月16日19.00- 9公演
Stage 1 ( Bundaran Gladag)
Parade Lintas Musik
Pergelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk
Dalang:Ki Purbo Asmoro
Stage 2 ( Di Depan SMP Bintang Laut)
Pergelaran Keroncong – 5 Grup keroncong Asli: O.K. Arjuno, O.K.Damai Musik, O.K.Maestro, O.K.Pasiri.Jr, O.K.Tirta Lawu
Stage 3 ( Di Depan Kampus ASDI)
Pergelaran Ketoprak Balekambang
Stage 4 ( Di Depan BTN) – OPENING Slamet Riyadi Art Fair
Pergelaran Seni Kampoeng
Perwakilan 5 Kecamatan : Laweyan, Banjarsari,Jebres,Serengan,Pasar Kliwon
Stage 5. ( Di Depan Taman Sriwedari)
Pergelaran Wayang Orang Sriwedari
Stage 6 ( Di Depan Hotel Cakra)
Pergelaran Karya Unggulan 9 Sanggar Tari Anak-anak: Sanggar Sarotama, Sanggar Metta Budaya,Sanggar SoeryoSoemirat, Sanggar Arlang, Semarak Candra Kirana, Sanggar Padmosusastro, Sanggar Sarwi Retno Budaya, Sanggar Tirto Sumirat
Stage 7 ( Di Depan Stadion Sriwedari)
(Rock,Jazz,Etnik,Pop & Regee)
Down For Life, Mid Season,Etno Ensamble, UTARA Band, Samalona
&Nashid Zukhruf
LAYAR TANCAP – Depan Toko Sampoerna
Pemutaran Film Indie karya Sineas-sineas Solo &Pameran FOTOGRAFI
Opening : Musik Perkusi TEMPERENTE
Pergelaran Musik di KERETA API Sepanjang Jalan Slamet Riyadi
Karnaval ORKES KENTONGAN Jateng (dari Perempatan Gendengan – Bundaran Gladag)
Contact Person---------------
Heru Mataya 0816675 808
St. Wiyono 0812 1514 186
Dr.Dharsono 0812 2656 566
-----------------------------
Dalam sejarahnya, pada abad ke-19 tepat berhadapan dengan benteng Vastenberg, menjadi pusat pemukiman Belanda yang dinamakan Kampung Baru. Di pusat pemukiman Belanda terdapat jalan ke arah barat menuju Kartasura dan ke Semarang. Jalan yang dinamakan Wihelminaan (sekarang Slamet Riyadi) inilah yang membagi kota Surakarta menjadi dua – sebelah utara menjadi komplek Belanda dan selatan menjadi komplek keraton. Jalan inilah yang seolah-olah menjadi 'pembelah' kota Surakarta.
Dengan dibukanya jalan menuju Semarang, terjadi pertumbuhan ekonomi dan kultural pada masyarakat Solo. Sejak itu keberagaman etnis, tradisi dan kesenian tumbuh di masyarakat wilayah utara dan selatan kota. Poros jalan Slamet Riyadi inilah menjadi inspirasi mempertemukan potensi ekonomi kerakyatan dan kreativitas keseniannya dalam bingkai Slamet Riyadi Fair 2007.
Di sepanjang kawasan jalan ini akan diadakan seni pertunjukan – teater tradisi, musik, tari, dan layar tancap. Jalanan menjadi peristiwa kultural yang mempertemukan seni tradisi dan modern, juga dengan penonton dari segala lapisan masyarakat. Dengan demikian, kawasan Slamet Riyadi diharapkan menjadi poros kultural Kota Solo yang kreatif mulai kini dan di masa depan.
Slamet Riyadi Arts Fair (SRAF) 2007 bertujuan untuk mempertemukan kreativitas kultural berbagai komunitas dan kampung-kampung Kota Solo serta menciptakan kawasan Slamet Riyadi menjadi poros kultural Kota Solo yang kreatif, indah dan damai. Program ini berlokasi di sepanjang kawasan Jl. Slamet Riyadi - di 9 titik lokasi (bundaran Gladag - depan Stadion Sriwedari); tanggal 16 Juni 2007; pk. 19.00 –selesai. SRAF 2007 diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata,Seni & Budaya Pemerintah Kota Surakarta.
Slamet Riyadi Arts Fair 2007
2007年6月16日19.00- 9公演
Stage 1 ( Bundaran Gladag)
Parade Lintas Musik
Pergelaran Wayang Kulit Semalam Suntuk
Dalang:Ki Purbo Asmoro
Stage 2 ( Di Depan SMP Bintang Laut)
Pergelaran Keroncong – 5 Grup keroncong Asli: O.K. Arjuno, O.K.Damai Musik, O.K.Maestro, O.K.Pasiri.Jr, O.K.Tirta Lawu
Stage 3 ( Di Depan Kampus ASDI)
Pergelaran Ketoprak Balekambang
Stage 4 ( Di Depan BTN) – OPENING Slamet Riyadi Art Fair
Pergelaran Seni Kampoeng
Perwakilan 5 Kecamatan : Laweyan, Banjarsari,Jebres,Serengan,Pasar Kliwon
Stage 5. ( Di Depan Taman Sriwedari)
Pergelaran Wayang Orang Sriwedari
Stage 6 ( Di Depan Hotel Cakra)
Pergelaran Karya Unggulan 9 Sanggar Tari Anak-anak: Sanggar Sarotama, Sanggar Metta Budaya,Sanggar SoeryoSoemirat, Sanggar Arlang, Semarak Candra Kirana, Sanggar Padmosusastro, Sanggar Sarwi Retno Budaya, Sanggar Tirto Sumirat
Stage 7 ( Di Depan Stadion Sriwedari)
(Rock,Jazz,Etnik,Pop & Regee)
Down For Life, Mid Season,Etno Ensamble, UTARA Band, Samalona
&Nashid Zukhruf
LAYAR TANCAP – Depan Toko Sampoerna
Pemutaran Film Indie karya Sineas-sineas Solo &Pameran FOTOGRAFI
Opening : Musik Perkusi TEMPERENTE
Pergelaran Musik di KERETA API Sepanjang Jalan Slamet Riyadi
Karnaval ORKES KENTONGAN Jateng (dari Perempatan Gendengan – Bundaran Gladag)
Contact Person---------------
Heru Mataya 0816675 808
St. Wiyono 0812 1514 186
Dr.Dharsono 0812 2656 566
-----------------------------
Dalam sejarahnya, pada abad ke-19 tepat berhadapan dengan benteng Vastenberg, menjadi pusat pemukiman Belanda yang dinamakan Kampung Baru. Di pusat pemukiman Belanda terdapat jalan ke arah barat menuju Kartasura dan ke Semarang. Jalan yang dinamakan Wihelminaan (sekarang Slamet Riyadi) inilah yang membagi kota Surakarta menjadi dua – sebelah utara menjadi komplek Belanda dan selatan menjadi komplek keraton. Jalan inilah yang seolah-olah menjadi 'pembelah' kota Surakarta.
Dengan dibukanya jalan menuju Semarang, terjadi pertumbuhan ekonomi dan kultural pada masyarakat Solo. Sejak itu keberagaman etnis, tradisi dan kesenian tumbuh di masyarakat wilayah utara dan selatan kota. Poros jalan Slamet Riyadi inilah menjadi inspirasi mempertemukan potensi ekonomi kerakyatan dan kreativitas keseniannya dalam bingkai Slamet Riyadi Fair 2007.
Di sepanjang kawasan jalan ini akan diadakan seni pertunjukan – teater tradisi, musik, tari, dan layar tancap. Jalanan menjadi peristiwa kultural yang mempertemukan seni tradisi dan modern, juga dengan penonton dari segala lapisan masyarakat. Dengan demikian, kawasan Slamet Riyadi diharapkan menjadi poros kultural Kota Solo yang kreatif mulai kini dan di masa depan.
Slamet Riyadi Arts Fair (SRAF) 2007 bertujuan untuk mempertemukan kreativitas kultural berbagai komunitas dan kampung-kampung Kota Solo serta menciptakan kawasan Slamet Riyadi menjadi poros kultural Kota Solo yang kreatif, indah dan damai. Program ini berlokasi di sepanjang kawasan Jl. Slamet Riyadi - di 9 titik lokasi (bundaran Gladag - depan Stadion Sriwedari); tanggal 16 Juni 2007; pk. 19.00 –selesai. SRAF 2007 diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata,Seni & Budaya Pemerintah Kota Surakarta.
2007年06月14日 (木)
2007年6月13日19:30-
St. Anotnius Purbayan Solo教会(Jl. Arifin no.1, Solo)前庭にて

写真:MATaYA
それまで教会内で創立記念日のミサ
終了後教会の扉が閉められ前庭に移動
1. 舞踊 "Sesaji" Soeryo Soemiratによる (振付Rusini、音楽B.Subono)
2. 舞踊 Red white Dance Theatre (Besur, Fajar, Rusini)による
ここで帰る。以降は次の予定のはず。
Unisono Choir
Aksamata (Rudy Sulistanto & Friends)
Jazz Up Purbayan by Mid Season
*写真展"Gereja Purbayan Tempoe Doeloe"
-----------------------------------------------------------------
Press release
HUT Gereja St. Antonius Purbayan Solo ke-91
tema: togetherness within differeneces
Ide
Gereja St. Antonius Purbayan merupakan salah satu dari sekian banyak arsitektur peninggalan kolonial Belanda di Solo yang berdiri pada tahun 1916. Sembilan tahun sebelumnya sudah ada aktivitas gereja di Purbayan yang dimulai di gedung Pastoran pada tahun 1907, yang merupakan cikal bakal berdirinya Gereja St. Antonius Purbayan yang pada waktu itu masih menjadi stasi dari gereja Gedangan Semarang. Dalam fakta sejarah, gereja ini merupakan saksi salah satu peninggalan arsitektur kolonial dari masa ke masa kota Solo, dimana denyut nadi kehidupan baik politik, ekonomi, budaya, maupun agama bermuara disekitar lanskap itu. Benteng Vastenburg, Javasche Bank ( Bank Indonesia ), Kantor Gubernur Jenderal ( Balaikota Surakarta ), Pasar Gede. Bangunan ini juga searah dengan pusat pemandhengan Keraton Kasunanan Surakarta.
Memperingati HUT Gereja St. Antonius Purbayan yang ke-91 tahun pada 13 Juni 2007 dengan tema togetherness within differences (bersama dalam perbedaan) , juga sekaligus memperingati ulang tahun situs cagar budaya tersebut, maka tidak hanya diperingati dalam sisi religiusitasnya atau pesta nama St. Antonius saja, tetapi diperingati keberadaan dan peran gereja St. Antonius Purbayan di dalam masyarakat Kota Solo sebagai museum yang hidup dan situs cagar budaya yang dilindungi keberadaannya. Lebih jauhnya adanya ikatan sejarah dan heritage (pusaka budaya) Gereja St. Antonius Purbayan yang bukan hanya milik umat Katolik saja tetapi secara luas juga milik masyarakat Solo. Karena Gereja St. Antonius Purbayan merupakan salah satu kekayaan tangible heritage (pusaka budaya bendawi) dalam bentuk arsitektur yang dimiliki Kota Solo. Program ini diselenggarakan oleh grup paduan suara Gereja St. Antonius - UNISONO CHOIR, bekerja sama dengan dengan Mataya arts&heritage dan Solo Heritage Community .
TUJUAN
1.Membangun komunikasi lintas-agama dan lintas-etnis dalam spirit kemanusiaan.
2.Memberi ruang ekspresi bagi umat Katolik untuk sharing kepada masyarakat Surakarta.
3.Memahami bahwa gereja St. Antonius Purbayan adalah salah satu dari sekian banyak peninggalan kolonial dan sekarang menjadi cagar budaya di kota Surakarta yang dilindungi keberadaannya.
St. Anotnius Purbayan Solo教会(Jl. Arifin no.1, Solo)前庭にて

写真:MATaYA
それまで教会内で創立記念日のミサ
終了後教会の扉が閉められ前庭に移動
1. 舞踊 "Sesaji" Soeryo Soemiratによる (振付Rusini、音楽B.Subono)
2. 舞踊 Red white Dance Theatre (Besur, Fajar, Rusini)による
ここで帰る。以降は次の予定のはず。
Unisono Choir
Aksamata (Rudy Sulistanto & Friends)
Jazz Up Purbayan by Mid Season
*写真展"Gereja Purbayan Tempoe Doeloe"
-----------------------------------------------------------------
Press release
HUT Gereja St. Antonius Purbayan Solo ke-91
tema: togetherness within differeneces
Ide
Gereja St. Antonius Purbayan merupakan salah satu dari sekian banyak arsitektur peninggalan kolonial Belanda di Solo yang berdiri pada tahun 1916. Sembilan tahun sebelumnya sudah ada aktivitas gereja di Purbayan yang dimulai di gedung Pastoran pada tahun 1907, yang merupakan cikal bakal berdirinya Gereja St. Antonius Purbayan yang pada waktu itu masih menjadi stasi dari gereja Gedangan Semarang. Dalam fakta sejarah, gereja ini merupakan saksi salah satu peninggalan arsitektur kolonial dari masa ke masa kota Solo, dimana denyut nadi kehidupan baik politik, ekonomi, budaya, maupun agama bermuara disekitar lanskap itu. Benteng Vastenburg, Javasche Bank ( Bank Indonesia ), Kantor Gubernur Jenderal ( Balaikota Surakarta ), Pasar Gede. Bangunan ini juga searah dengan pusat pemandhengan Keraton Kasunanan Surakarta.
Memperingati HUT Gereja St. Antonius Purbayan yang ke-91 tahun pada 13 Juni 2007 dengan tema togetherness within differences (bersama dalam perbedaan) , juga sekaligus memperingati ulang tahun situs cagar budaya tersebut, maka tidak hanya diperingati dalam sisi religiusitasnya atau pesta nama St. Antonius saja, tetapi diperingati keberadaan dan peran gereja St. Antonius Purbayan di dalam masyarakat Kota Solo sebagai museum yang hidup dan situs cagar budaya yang dilindungi keberadaannya. Lebih jauhnya adanya ikatan sejarah dan heritage (pusaka budaya) Gereja St. Antonius Purbayan yang bukan hanya milik umat Katolik saja tetapi secara luas juga milik masyarakat Solo. Karena Gereja St. Antonius Purbayan merupakan salah satu kekayaan tangible heritage (pusaka budaya bendawi) dalam bentuk arsitektur yang dimiliki Kota Solo. Program ini diselenggarakan oleh grup paduan suara Gereja St. Antonius - UNISONO CHOIR, bekerja sama dengan dengan Mataya arts&heritage dan Solo Heritage Community .
TUJUAN
1.Membangun komunikasi lintas-agama dan lintas-etnis dalam spirit kemanusiaan.
2.Memberi ruang ekspresi bagi umat Katolik untuk sharing kepada masyarakat Surakarta.
3.Memahami bahwa gereja St. Antonius Purbayan adalah salah satu dari sekian banyak peninggalan kolonial dan sekarang menjadi cagar budaya di kota Surakarta yang dilindungi keberadaannya.
2007年06月09日 (土)
2007年6月8日19:00-マンクヌガラン宮にて
1、閉会の辞
2、舞踊鑑賞 Gambyong Campur Sari
3、食事
4、舞踊鑑賞 Srimpi Moncar
Fragmen Topeng Sekartaji
舞踊はマンクヌガランの提供
1、閉会の辞
2、舞踊鑑賞 Gambyong Campur Sari
3、食事
4、舞踊鑑賞 Srimpi Moncar
Fragmen Topeng Sekartaji
舞踊はマンクヌガランの提供
2007年06月08日 (金)
2007年6月7日(木)芸大=ISI Surakartaにて
16:50-17:35 ⑥演劇 Padepokan Sarotama (ソロ)、於大劇場
子供のグループ
18:40-19:25 ⑦演劇 Sigma Dance Theatre (ブカシ)、於小劇場
このグループの人からジャカルタでの能のワークショップに参加したと聞いて感激
19:55-20:40 ⑧舞踊 Sri Production(シドアルジョ/東ジャワ)、於大劇場
21:10-21:55 ⑨演劇sahita(ソロ)、於小劇場
22:20-23:05 ⑩舞踊Anging Maniri (マカッサル)、於大劇場
疲れて帰宅したので見ていない
16:50-17:35 ⑥演劇 Padepokan Sarotama (ソロ)、於大劇場
子供のグループ
18:40-19:25 ⑦演劇 Sigma Dance Theatre (ブカシ)、於小劇場
このグループの人からジャカルタでの能のワークショップに参加したと聞いて感激
19:55-20:40 ⑧舞踊 Sri Production(シドアルジョ/東ジャワ)、於大劇場
21:10-21:55 ⑨演劇sahita(ソロ)、於小劇場
22:20-23:05 ⑩舞踊Anging Maniri (マカッサル)、於大劇場
疲れて帰宅したので見ていない
2007年06月07日 (木)
2007年6月6日(水)
9:00-12:00 ワークショップ、於LOR-INホテル
テーマ:"The Trend of Global Performing Arts"
スピーカー:Sydney Opera House, Studio Exective Producer
Adelaide Festival Centre, Programming Executive
Esplanade(Singapore), Programming Officer
I Gede Aldika(綴りはこれでよいはず…),前観光文化大臣
終了後ホテルでビュッフェ
夕方から会場は芸大(=ISI Surakarta)へ
15:50-16:20 フリンジ:Siwalima Group (アンボン)、於プンドポ
16:50-17:35 ①舞踊 Pamardi Art Group (ソロ)、於小劇場
18:40-19:25 ②音楽 Bagong Kussudiardja(ジョグジャ)、於大劇場
用があって帰宅したため見ていない
19:55-20:40 ③舞踊 Mugi Dance(ソロ)、於小劇場
また戻ってきて最後まで見る
21:10-21:55 ④音楽 Sono Seni Ensemble(ソロ)、於小劇場
4年前に日本で知り合った(とある演劇ワークショップにて)マレーシアの演劇人Jと再会。しかも彼女も私と同じ助成を取っていたと判明。
22:20-23:05 ⑤演劇 Satampang Baniah Art Group(パダン)、於大劇場
終わった後、Jと一緒にお茶。彼女はマレーシア人なのだが、親の仕事の都合で海外生活が長かったため、4年前はあまりマレー語がうまくなかった(私が言うのもなんだけど)。それが結構上達していて驚く。
9:00-12:00 ワークショップ、於LOR-INホテル
テーマ:"The Trend of Global Performing Arts"
スピーカー:Sydney Opera House, Studio Exective Producer
Adelaide Festival Centre, Programming Executive
Esplanade(Singapore), Programming Officer
I Gede Aldika(綴りはこれでよいはず…),前観光文化大臣
終了後ホテルでビュッフェ
夕方から会場は芸大(=ISI Surakarta)へ
15:50-16:20 フリンジ:Siwalima Group (アンボン)、於プンドポ
16:50-17:35 ①舞踊 Pamardi Art Group (ソロ)、於小劇場
18:40-19:25 ②音楽 Bagong Kussudiardja(ジョグジャ)、於大劇場
用があって帰宅したため見ていない
19:55-20:40 ③舞踊 Mugi Dance(ソロ)、於小劇場
また戻ってきて最後まで見る
21:10-21:55 ④音楽 Sono Seni Ensemble(ソロ)、於小劇場
4年前に日本で知り合った(とある演劇ワークショップにて)マレーシアの演劇人Jと再会。しかも彼女も私と同じ助成を取っていたと判明。
22:20-23:05 ⑤演劇 Satampang Baniah Art Group(パダン)、於大劇場
終わった後、Jと一緒にお茶。彼女はマレーシア人なのだが、親の仕事の都合で海外生活が長かったため、4年前はあまりマレー語がうまくなかった(私が言うのもなんだけど)。それが結構上達していて驚く。
2007年06月06日 (水)
Indonesia Performing Arts Mart (IPAM) IV
インドネシア舞台芸術見本市
2007年6月5-9日 ソロ市にて
主催 インドネシア観光文化省
6月5日(火)19:00- Loji Gandrung(スラカルタ市長公邸)での開会式に出席
式典、ディナーの後、芸大(ISI)ソロ校による舞踊
1.Bedhaya Lala
2.Adaninggar Kelaswara
3.Perang Kembang
観光文化省の人たちは5月29日にボロブドゥール入りして6月1,2日の公演に出席した後、そのままソロ入りし、IPAMに出席。能のジャカルタ公演の時に出席してくれた同省のO女史とも再会。
インドネシア舞台芸術見本市
2007年6月5-9日 ソロ市にて
主催 インドネシア観光文化省
6月5日(火)19:00- Loji Gandrung(スラカルタ市長公邸)での開会式に出席
式典、ディナーの後、芸大(ISI)ソロ校による舞踊
1.Bedhaya Lala
2.Adaninggar Kelaswara
3.Perang Kembang
観光文化省の人たちは5月29日にボロブドゥール入りして6月1,2日の公演に出席した後、そのままソロ入りし、IPAMに出席。能のジャカルタ公演の時に出席してくれた同省のO女史とも再会。
2007年06月02日 (土)
2007年5月31日(木)8:30~1:00頃まで
Palm Kids Schoolにて「桜まつり」
私が借りている家の大家さんの姪が勤めている幼稚園の「桜まつり」で日本のことを話してくれと頼まれ、せっかくなので着物を着て出かける。
いまごろ桜まつりというのも変だが、ジャカルタの日航ホテルで毎年やっている桜まつりを見て思いついたという。この幼稚園では国内、あるいは海外のいろんな地域の文化に触れるイベントが定期的にあって、今回は日本がテーマだということだった。
この幼稚園は法的にはナショナル・プラスというランクだそうで、外国人子女が対象ではないためにインターナショナル・スクールではないが、それに準じていて、英語で授業をするのが特徴だという。パレンバンの人が始めて、インドネシア全国に10校くらいフランチャイズ展開しているという。ちなみにソロには、ナショナル・プラスの学校がもう1校別にあるらしい。
この学校では英語以外に中国語の勉強もするという。子供や父兄の顔を見ていると中華系が多いようだ。日本についての話は英語でやってくれても良いですとのことだったが、お断りしてインドネシア語でする。
イベントの内容は「大きな栗の木の下で」を振りつきで歌ったり、おにぎりを作ったり、福笑いをしたりというもの。おにぎりを作るにも"Take a spoonful of rice and put on your hand..."などと英語で説明している。説明するよりやって見せたほうが早くできそうなものだが、やはり語学重視なのだろう。
盆踊りもあるということだったが、年少組、年中(?)組、年長組のそれぞれに行って話をしていたので、見過ごしたかも知れない。それに子供たちの半数くらいは着物らしき衣装を着ている。聞けば、お母さんたちが縫ったらしい。
お母さんの中に日本に5年留学していた人と、何かの研修プログラムで日本に行ったことのある人がおり、その2人がアドバイザーとなって、いろんな資料を集めたらしい。
最後にその2人のアドバイザー、私ともう1人招待された日本人の人が表彰される。その後家まで車で送ってもらい、お礼にということで、直径25cmくらいの大きなチョコレート・ケーキを最後にいただく。
Palm Kids Schoolにて「桜まつり」
私が借りている家の大家さんの姪が勤めている幼稚園の「桜まつり」で日本のことを話してくれと頼まれ、せっかくなので着物を着て出かける。
いまごろ桜まつりというのも変だが、ジャカルタの日航ホテルで毎年やっている桜まつりを見て思いついたという。この幼稚園では国内、あるいは海外のいろんな地域の文化に触れるイベントが定期的にあって、今回は日本がテーマだということだった。
この幼稚園は法的にはナショナル・プラスというランクだそうで、外国人子女が対象ではないためにインターナショナル・スクールではないが、それに準じていて、英語で授業をするのが特徴だという。パレンバンの人が始めて、インドネシア全国に10校くらいフランチャイズ展開しているという。ちなみにソロには、ナショナル・プラスの学校がもう1校別にあるらしい。
この学校では英語以外に中国語の勉強もするという。子供や父兄の顔を見ていると中華系が多いようだ。日本についての話は英語でやってくれても良いですとのことだったが、お断りしてインドネシア語でする。
イベントの内容は「大きな栗の木の下で」を振りつきで歌ったり、おにぎりを作ったり、福笑いをしたりというもの。おにぎりを作るにも"Take a spoonful of rice and put on your hand..."などと英語で説明している。説明するよりやって見せたほうが早くできそうなものだが、やはり語学重視なのだろう。
盆踊りもあるということだったが、年少組、年中(?)組、年長組のそれぞれに行って話をしていたので、見過ごしたかも知れない。それに子供たちの半数くらいは着物らしき衣装を着ている。聞けば、お母さんたちが縫ったらしい。
お母さんの中に日本に5年留学していた人と、何かの研修プログラムで日本に行ったことのある人がおり、その2人がアドバイザーとなって、いろんな資料を集めたらしい。
最後にその2人のアドバイザー、私ともう1人招待された日本人の人が表彰される。その後家まで車で送ってもらい、お礼にということで、直径25cmくらいの大きなチョコレート・ケーキを最後にいただく。