2011年05月20日 (金)
以下の映像は5月14~15日にマカッサルで行われた伝統舞踊パカレナの掘り起こし活動の成果です。パカレナというのは、女性が扇子を持って踊る舞踊ですが、儀礼舞踊として、男性が踊るパカレナ・ブラネ・カスウィアンpakarena bura'ne Kasuwiangというものがかつてあったということで、それを知っている最後の1人、ダエン・マンダDaeng Manda氏の指導の下、地域の少年たちによる再現が行われました。男性のパカレナでは、扇子だけでなく、クリス(剣)、槍も手に取って踊ります。
これはパカレナの第一人者Wiwik Sipala女史が指揮し、観光文化省の助成するプロジェクトです。この模様はTVRIが収録しており、そのうちテレビ放映されることになりますが、放映日は未定です。
You Tube - pakarena bura'ne Kasuwiang (bagian 1) 7:26
http://www.youtube.com/watch?v=DNlie7lDegI&feature=related
You Tube - pakarena bura'ne Kasuwiang ( bagian 2) 2:16
http://www.youtube.com/watch?v=yoa40IliAQo
このプロジェクトの情報は芸術局長から聞いていました。彼はこの公演・収録に出席し、ダエン・マンダ氏について踊っています。その映像が以下のリンク。
You Tube - Daeng manda's Duet 1:44
http://www.youtube.com/watch?v=ZWNJYAOaoXA
Daeng Manda師(80歳)(向かって左)について踊るDirektur KesenianのSulistyo Tirtokusumo氏(向かって右)
さすがにジャワ男性優形舞踊の第一人者だけあって、初めてその場で踊っているにしてはとてもいい踊りです。彼自身、ジャワ舞踊と精神的には同じものなので動きにすんなり入れたと言っていました。
このプロジェクトに参加した少年たちは舞踊の素養はあまりなかったようですが、この公演・収録に当たって断食を3日間行い、ルルール・ヒタム(黒いルルール、ジャワでは黄色っぽい色のルルールを肌に塗ります)を施し、本格的な儀礼の手続きを経て臨んだため、技術的な未熟さを補ってあまりある雰囲気が生まれたということでした。
私が、芸術局長にもらったチケットで見たカンボジア舞踊公演で、儀礼を舞踊化した作品は良くなかった、形だけ儀礼にしても魂がない、と言った言葉に対する彼の返事でした。
Pakarena bura'ne kasuwiang
(文/映像:Ancusegabudaya, You Tubeより)
Tari yang juga hidup dan berkembang di komunitas suku Gowa & suku Pangkep (Pangkaje'ne kepulauan) ini di mainkan oleh kaum laki-laki yang berjumlah 12 (dua belas) kaum laki-laki. Hla tersebut merupakan transpormasi wujud dari tiga tingkat alam kehidupan manusia, yakni alam atas (rate) alam tengah (tangga) alam bawah (irawa) serta 9 (sembilan) lubang kehidupan pada tubuh manusia. Tarian ini berfungsi sebagai pengusir roh jahat & wabahpenyakit,.
Pakarena bura'ne Kasuwiang juga ditarikan pada saat panen padi berhasil, hal tersebut merupakan eksperesi suka cita & rasa syukur kepada Dewa padi (sangiang serri).
Dalam lontara' pau-pauanna sere' A' jaga ri butta Gowa disebutkan bahwa tarian tua di daerah Gowa pada umumnya bersifat ritual nan sakral, salah satu diantaranya adalah tari pakarena bura'ne Kasuwiang. Tarian ini diiringi nyanyian (royong) yang merupakan simbolisasi dialog antara hamba Dewa (Lamarupa) dengan Dewa penjaga empat sudut dunia.
Setelah agama Islam amsuk di daerah Sulawesi Selatan khususnya di daerah Gowa pada paruh abad XVI yang kemudian menjadi agama resmi kerajaan Gowa, Pakarena Bura'ne Kasuwiang menjadi tari kebesaran istana kerajaan uang selanjutnya menjadi tari perang dan ditarikan mengantar atau menjemput kepulangan pasukan perang kerajaan Gowa.
Seperti pada tari sere'jaga Nigadang yang direkonstruksi oleh Bapak daeng Manda tahun 1974-1986, tari pakarena bura'ne yang kita saksikan sekarang ini adalah juga rekonstruksi yang dilakukan sejak tahun 1994-2010. Menurutnya, tari sere' jaga Nigadang dan pakarena bura'ne adalah dua serangkai tari yang memiliki Sumange' (keyakinan & keindahan) dan filosofi kehidupan yang sama, Gaukangi ni passuruang, nililiangngi papisangkayya ( kerjakanlah apa yang diperintahkan & jangan melakukan apa yang dilarang sang DEWA).
Kedua tari tersebut disusun berdasarkan penafsiran atas sedikit lontara' yang tersisa milik leluhurnya, yaitu lontara' pau-paunna se're A'jaga ri Butta Gowa dan pau-paunna (cerita) sang nenek yang tertulis maupun yang disampaikan secara lisan. Selanjutnya dikatakan bahwa rekonstruksi dua tarian tersebut dilakukan semata-mata karena panggilan jiwa dan sekaligus merupakan tanggung jawab moral sebagai penerus warisan leluhurnya.
これはパカレナの第一人者Wiwik Sipala女史が指揮し、観光文化省の助成するプロジェクトです。この模様はTVRIが収録しており、そのうちテレビ放映されることになりますが、放映日は未定です。
You Tube - pakarena bura'ne Kasuwiang (bagian 1) 7:26
http://www.youtube.com/watch?v=DNlie7lDegI&feature=related
You Tube - pakarena bura'ne Kasuwiang ( bagian 2) 2:16
http://www.youtube.com/watch?v=yoa40IliAQo
このプロジェクトの情報は芸術局長から聞いていました。彼はこの公演・収録に出席し、ダエン・マンダ氏について踊っています。その映像が以下のリンク。
You Tube - Daeng manda's Duet 1:44
http://www.youtube.com/watch?v=ZWNJYAOaoXA
Daeng Manda師(80歳)(向かって左)について踊るDirektur KesenianのSulistyo Tirtokusumo氏(向かって右)
さすがにジャワ男性優形舞踊の第一人者だけあって、初めてその場で踊っているにしてはとてもいい踊りです。彼自身、ジャワ舞踊と精神的には同じものなので動きにすんなり入れたと言っていました。
このプロジェクトに参加した少年たちは舞踊の素養はあまりなかったようですが、この公演・収録に当たって断食を3日間行い、ルルール・ヒタム(黒いルルール、ジャワでは黄色っぽい色のルルールを肌に塗ります)を施し、本格的な儀礼の手続きを経て臨んだため、技術的な未熟さを補ってあまりある雰囲気が生まれたということでした。
私が、芸術局長にもらったチケットで見たカンボジア舞踊公演で、儀礼を舞踊化した作品は良くなかった、形だけ儀礼にしても魂がない、と言った言葉に対する彼の返事でした。
Pakarena bura'ne kasuwiang
(文/映像:Ancusegabudaya, You Tubeより)
Tari yang juga hidup dan berkembang di komunitas suku Gowa & suku Pangkep (Pangkaje'ne kepulauan) ini di mainkan oleh kaum laki-laki yang berjumlah 12 (dua belas) kaum laki-laki. Hla tersebut merupakan transpormasi wujud dari tiga tingkat alam kehidupan manusia, yakni alam atas (rate) alam tengah (tangga) alam bawah (irawa) serta 9 (sembilan) lubang kehidupan pada tubuh manusia. Tarian ini berfungsi sebagai pengusir roh jahat & wabahpenyakit,.
Pakarena bura'ne Kasuwiang juga ditarikan pada saat panen padi berhasil, hal tersebut merupakan eksperesi suka cita & rasa syukur kepada Dewa padi (sangiang serri).
Dalam lontara' pau-pauanna sere' A' jaga ri butta Gowa disebutkan bahwa tarian tua di daerah Gowa pada umumnya bersifat ritual nan sakral, salah satu diantaranya adalah tari pakarena bura'ne Kasuwiang. Tarian ini diiringi nyanyian (royong) yang merupakan simbolisasi dialog antara hamba Dewa (Lamarupa) dengan Dewa penjaga empat sudut dunia.
Setelah agama Islam amsuk di daerah Sulawesi Selatan khususnya di daerah Gowa pada paruh abad XVI yang kemudian menjadi agama resmi kerajaan Gowa, Pakarena Bura'ne Kasuwiang menjadi tari kebesaran istana kerajaan uang selanjutnya menjadi tari perang dan ditarikan mengantar atau menjemput kepulangan pasukan perang kerajaan Gowa.
Seperti pada tari sere'jaga Nigadang yang direkonstruksi oleh Bapak daeng Manda tahun 1974-1986, tari pakarena bura'ne yang kita saksikan sekarang ini adalah juga rekonstruksi yang dilakukan sejak tahun 1994-2010. Menurutnya, tari sere' jaga Nigadang dan pakarena bura'ne adalah dua serangkai tari yang memiliki Sumange' (keyakinan & keindahan) dan filosofi kehidupan yang sama, Gaukangi ni passuruang, nililiangngi papisangkayya ( kerjakanlah apa yang diperintahkan & jangan melakukan apa yang dilarang sang DEWA).
Kedua tari tersebut disusun berdasarkan penafsiran atas sedikit lontara' yang tersisa milik leluhurnya, yaitu lontara' pau-paunna se're A'jaga ri Butta Gowa dan pau-paunna (cerita) sang nenek yang tertulis maupun yang disampaikan secara lisan. Selanjutnya dikatakan bahwa rekonstruksi dua tarian tersebut dilakukan semata-mata karena panggilan jiwa dan sekaligus merupakan tanggung jawab moral sebagai penerus warisan leluhurnya.
| ホーム |